Sabtu, 18 September 2021

Membangun Komunikasi Produktif Anak

 


Banyak di antara kita merasa jauh dari orang tuanya. Merasa orang tua kita tidak bisa mengerti kita. Pada akhirnya semuanya akan meyalahkan orang tua, katanya orang tuanya tidak memperhatikan anaklah, tidak belajar parenting sebelum menikah dan lain sebagainya.

Kita tidak boleh terlalu menyalahkan orang tua. Pada dasarnya semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Hanya saja orang tua juga mempunyai keterbatasan, mungkin saja orang tua kita sudah melakukan sekuat semampunya tetapi memang segitulah kemampuannya, jangan terlalu meminta lebih.

Jika kita merasa lebih tahu akan ilmu berbicara antara anak dan kedua orang tua. Tidak ada salahnya jika kita yang memulai pembicaraan terlebih dahulu kepada orang tua kita. Tidak perlu gengsi, ambil kesempatan itu sebelum kita berpisah dengan orang tua, bangun komunikasi yang bagus.

Hal-hal yang Dibutuhkan Anak

1.      Butuh pemenuhan rasa aman

Ketika anak mempunyai masalah dan dia merasa dirinya terancam, sejatinya anak itu sedang kehilangan rasa aman. Yang anak butuhkan adalah pemenuhan rasa aman itu, dengan membantu menghilangkan rasa ketakutan yang ada di dalam diri anak.

Dengan mengajaknya bicara dan membiarkan dia meluapkan apa yang dirasakan adalah salah satu hal yang tepat. Biarkan emosinya terluapkan, jangan ditahan karena itu akan membuat sesak di dada dan membuatnya semakin tidak aman.

Ketika anak marah atau ketakutan ataupun menangis, hal pertama yang bisa dilakukan adalah menerima perasaannya. Buatlah anak itu meluapkan apa yang ia rasakan, sedikit demi sedikit kita tenangkan dan mencoba menjawab apa saja dari yang anak tersebut luapkan atau katakan.

Jika hatinya sudah mulai stabil dan tenang, barulah kita bisa berbicara yang jernih kepada anak.  Memberikannya sedikit masukkan apa yang harus dilakukan jika terjadi sesuatu hal kepada anak. jangan ragu untuk sedikit menegur apabila hatinya sudah agak stabil. Agar anak tersebut sadar dan mendaptkan pelajaran dari setiap yang dilakukannya.

2.      Komentar yang empati

Memberi komentar bukan hal yang mudah, salah berkomentar bisa panjang akibatnya. Agar komentar orang tua bernada empati dan diterima oleh anak, selami dulu perasaan anak. Masalanya tidak mudah untuk mengerti perasaan anak.

Terkadang apa yang mereka ucapkan tdak sama dengan apa yang mereka rasakan. Karena banyak faktor, malu, takut, dan keterbatasan  kemampuan verbalnya. Anak terkadang tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

Diperlukan keahlian khusus untuk bisa menebak isi hatinya. Terkadang anak mendatangi ibunya dan berkata “ibu perih.....jangan dipegang” (karena jatuh dari sepeda). Terkadang yang ia rasakan bukan pada rasa perihnya, tetapi lebih dari itu.

Mungkin anak tersebut takut kepada darahnya, takut jika nanti bekas lukanya membuatnya tidak percaya diri. Keterampilan mengetahui isi hati anak mudah dipelajari bagi orang tua yang biasa berinteraksi kepada anak atau waktunya bersama anak lebih bnayak.

Sebagai orang tua memang harus pintar dalam menebak hati anak. Seperti misalnya anak yang baru pulang sekolah dengan memasang muka murungnya. Sebagai orang tua jangan langsung bertanya kenapa hatinya murung. Tetapi sebagai orang tua harus pintar menebak dan alangkah baiknya tetap mengajukan pertanyaan kepada anak tetapi secara berkala. Temukan info yang lain tentang pendidikan karakter anak di samudrapikiran.com

Bertanya seperti misalnya “apakah kamu baik-baik saja di sekolah bersama teman-temanmu?”, atau “adakah sesuatu yang tidak menyenangkan yang terjadi hari ini?”. Terus mencoba untuk menebaknya sehingga anak tersebut mau menjawabnya.

 

 


EmoticonEmoticon